Monday, September 3, 2007

Goya’s Ghost

Goya’s Ghost adalah salah satu film yang memenangkan Academy Award 2006. Kendati mengambil lokasi dan ditulis di Spanyol, film ini ditampilkan dengan menggunakan bahasa Inggris.
Film yang berlatarbelakang Spanyol tahun 1792 ini menampilkan cerita seorang pelukis istana yang bernama Fransisco Goya. Sebuah lukisan Goya mengusik lembaga Inkuisisi Spanyol. Lorenzo adalah orang yang dengan gigih membantunya, dia mengatakan bahwa karya Goya bukanlah iblis, melainkan sekedar menggambarkan iblis. Ia kemudian mengusulkan bahwa seharusnya memang Inkuisisi membasmi semua praktik anti-Katolik Roma. Menguatnya Inkusisi di Spanyol pada tahun-tahun itu disebabkan oleh antisipasi Gereja Katolik terhadap merebaknya semangat revolusioner Perancis. Lukisan kontroversial Goya sendiri menggambarkan seorang wanita muda yang bernama Inez (Natalie Portman), saudara perempuan Thomas Bilbatua (Jose Luis Gomez). Lembaga Inkuisisi kemudian memanggil Inez dan mendakwanya sebagai bid’ah dan melakukan praktik Yahudi. Dari sanalah tragedi dan bagaimana manusia bergulat untuk secercah kebebasan terjadi. Film dengan gendre drama ini menarik karena memotret sisi-sisi kehidupan yang penuh nuansa dan dalam detil yang mengagumkan.

The War Within

The War Within adalah film yang bercerita tentang kisah Hassan, seorang mahasiswa tehni asal Pakistan di Paris yang secara keliru diduga sebagai teroris dan kemudian diinterogasi oleh intelejen Amarika Serikat. Ia bahkan dipenjarakan. Tergoncang oleh peristiwa itu, ia kemudian bersumpah untuk membalas dendam dengan bergabung dalam sebuah jaringan teroris yang bermarkas di New York City dan merencanakan sebuah perang bawah tanah di Amerika Serikat. Di pagi hari ketika rencana penyerangan akan dilaksanakan, semua anggota jaringan itu ditangkap kecuali Hassan dan pemimpin spiritual kharismatiknya, Khaled. Karena tidak memiliki alternatif lain, hassan kemudian minta perlindungan kepada Sayeed, teman masa kecilnya, yang tinggal di New Jersey. Pada saat-saat itulah drama politik dan kemanusiaan bergejolak hebat dalam diri Hassan, apakah ia harus melanjutkan misi teror bunuh dirinya atau tidak.
Banyak komentator, seperti C. Antonio Romero, yang menyatakan bahwa film ini menggambarkan dengan baik bagaimana ketegangan yang sebetulnya terjadi antara “Barat” dan “Islam” menyusul beberapa gesekan, baik terorisme maupun invasi militer Amerika ke Timur Tengah dan Afganistan. Hubungan antara Barat dan Timur banyak dilakukan dalam bentuk kecurigaan yang berlebihan. Film ini dibintangi oleh Ayyad Akhtar sebagai Hassan dan Firdaus Bamji sebagai Sayeed. Film yang ditulis sendiri oleh Ayyad Akhtar, Josep Castelo, dan Tom Glynn ini disutradarai oleh Josep Castelo. Film ini banyak dipuji dalam penggunaan bahasa yang solid, baik Urdu, Inggris, maupun Prancis.

Freedom Writers

Film yang dibintangi oleh Hillary Swank, Scott Glenn, Imelda Stauton, dan Patrick Dempsey ini adalah film yang didasarkan kepada buku The Freedom Writers Diary yang disusun oleh seorang guru bernama Erin Gruwell. Film ini adalah kisah nyata yang dialami oleh sejumlah remaja California yang hidup dalam ancaman kerusuhan rasial setelah terjadinya kerusuhan di Los Angeles 1992.
Hillary Swank yang berperan sebagai guru bahasa Inggris Erin Gruwel terlibat di dalam upaya penyelesaian masalah rasisme yang begitu kental di kelasnya. Kelas yang dipimpin oleh Gruwel memang dihuni oleh murid-murid dengan latar belakang ras dan budaya yang sangat beragam. Tak heran, sentimen rasial setiap hari muncul di ruang kelas. Dengan menggunakan pendekatan simpatik, Gruwel memasuki dan mencoba memahami latar belakang murid-muridnya yang begitu sensitif dalam hal ras. Dia mencoba membandingkan antara karikatur seorang murid kulit hitam dengan bibir tebal dan karikatur yang dibuat oleh Nazi mengenai Yahudi yang berhidung besar.Gruwell memperkenalkan dan mengajak murid-muridnya untuk membaca buku The Diary of Anne Frank. Kemudian mereka melakukan perjalanan mengunjungi Museum of Tolerance di Los Angeles untuk memberi gambaran tentang bagaimana peristiwa rasial yang paling mengerikan pernah terjadi: Holocaust.

An Inconveniant Truth

An Inconveniant Truth adalah film yang memenangkan Academy Award untuk kategori film documenter. Film ini berbicara mengenai perubahan ikli, terutama pemanasan global, yang dipresentasikan dengan sangat memukau oleh mantan Wakil Presiden Amerika Serikat Al Gore. Film yang dibuat oleh Davis Guggenheim ini juga merupakan karya nonfiksi yang masuk dalam daftar New York Times bestseller. Film ini pertama kali diputar di Festival Film Sundance 2006 dan kemudian dibukan untuk umum di New York dan Los Angeles pada 24 Mei 2006.
Dalam film ini, Al Gore memaparkan kembali pelbagai pandangan mengenai perubahan iklim, diskusi-diskusi mengenai politik dan ekonomi pemanasan global, dan menggambarkan secara gamblang konsekuensi perubahan iklim dunia jika greenhouse gases tidak dikurangi secara signifikan dalam waktu dekat. Al Gore mengemukakan tentang kemungkinan leburnya lapisan es utama di Greenland atau Antartika Barat, disusul dengan naiknya laut mencapai 20 kaki atau enam meter, menbanjiri semua daerah rendah, dan menciptakan 100 juta pengungsi di dunia. Peristiwa ini juga akan dengan cepat menjadikan Eropa Utara terkurung dalam temperatur yang sangat dingin. Di akhir paparannya, Al Gore memberika solusi cepat untuk mengatasi hal ini, yakni terus menjaga pasokan CO₂ dengan program penghijauan secara massif.
You look at that river gently flowing by. You notice the leaves rustling with the wind. You hear the birds; you hear the tree frog. In the distance you hear a cow. You feel the grass. The mud gives a little bit on the river bank,” demikian Al Gore membuka film An Inconveniant Truth ini. “It’s quiet; it’s peaceful. And all of a sudden, it’s a gear shift inside you. And it’s like taking a deep breath and going, “Oh yeah, I forgot about this.”